Nats Alkitab : Matius 22:37
Penulis : G.I. Widya Tuluswati
Sepulang kebaktian seorang pemuda bersama beberapa rekannya sedang duduk di kantin gereja. Beberapa rekan sedang membicarakan "perasaan hangat" dan "getaran spiritual" yang mereka rasakan saat mereka sedang beribadah. Tetapi pemuda ini merasa ada yang kurang. Baginya iman adalah teka teki menarik. Ia ingin lebih dari sekedar mengagumi bentuknya tetapi memahami mekanisme kerjanya. Pemuda ini menyadari iman bukan didasarkan pada perasaan semata, tetapi membutuhkan akal budi untuk memiliki pemahaman yang benar tentang Allah, sebagai jangkar iman yang kuat.
Akal budi menurut KBBI memiliki arti daya pikir, pikiran, kebijaksanaan atau kemampuan untuk menimbang baik atau buruk. Sehingga dengan akal budi manusia mampu berpikir, menalar, menganalisis, merasakan dan menimbang nilai kebaikan dengan bijaksana. Akal budi adalah anugerah Tuhan yang istimewa, karena akal budi kita adalah salah satu alat untuk mengasihi Tuhan. Dengan akal budi kita bisa mempelajari, merenungkan dan memahami Firman Tuhan, sekalipun pemahaman kita tentang Allah sesungguhnya sangat terbatas.
Sehingga, dengan akal budi, kita berusaha mengenal Allah melalui Firman-Nya, menyadari dan mengakui keterbatasan pengertian kita, dan akhirnya kita harus memilih untuk tetap percaya dan mengasihi Allah, melebihi batasan intelektual, atau pemahaman rasional. Bahkan saat akal budi kita tidak mampu memahami Allah secara keseluruhan, karena Allah melampaui segala pengetahuan kita (Efesus 3:18-19). Tuhan menghendaki kita mengetahui dan mengerti alasan mengapa mengasihi-Nya, dengan menggunakan pikiran, penalaran dan pemahaman serta selalu hidup dalam kebenaran. Kasih kepada Allah, bukan kasih yang buta atau sekedar emosi semata. Kasih kepada Allah harus memiliki dasar yang benar dengan mempelajari dan mengenal siapa Allah yang menjadi manusia untuk menyelamatkan umat-Nya, mengenal sifat dan kehendak-Nya melalui Firman Allah, sehingga menghasilkan komitmen dan kesetiaan yang totalitas kepada Allah.
Mengasihi Tuhan dengan segenap akal budi berarti mendedikasikan proses berpikir, penyelidikan dan penalaran kita untuk memahami kebenaran dan kehendak-Nya.
Pertanyaan untuk direnungkan :
1. Selama ini apakah yang menjadi dasar percaya anda, pemikiran dan pengenalan akan Allah atau ungkapan emosi kasih kepada Allah?
2. Bagaimana anda berkomitmen terus mengasihi Allah bahkan saat anda tidak memahami rencana-Nya?