Nats Alkitab : Kolose 3:17a
Penulis : Pdt. Siujono Sung
Tahun 1991, seorang duta besar Amerika Serikat untuk Kenya, Smith Hempstone, mendapat sorotan dunia. Dalam sebuah wawancara publik, ia secara terbuka mengkritik pemerintahan Kenya yang saat itu terkenal korup dan menindas oposisi. Ucapannya memicu ketegangan diplomatik karena pemerintah Kenya menganggap kata-katanya mewakili sikap resmi Amerika Serikat. Bahkan, beberapa kebijakan perdagangan antara kedua negara sempat terganggu akibat pernyataan tersebut. Peristiwa ini menjadi pengingat betapa seorang wakil resmi tidak pernah berbicara hanya untuk dirinya sendiri, setiap kata dan tindakannya mencerminkan negara yang diwakilinya.
Sebagai orang percaya, kita adalah “duta Kristus.” Dunia melihat Yesus melalui apa yang kita katakan dan lakukan. Hal ini sesuai dengan peringatan rasul Paulus dalam nas hari ini. Ia menegaskan panggilan hidup bagi orang percaya untuk menempatkan Kristus Yesus sebagai pusat segala sesuatu. Pada saat Paulus menggunakan istilah “segala sesuatu,” maka ia memaksudkan bahwa seluruh aspek kehidupan orang percaya, dari yang tampaknya merupakan hal besar sampai hal yang sederhana sekalipun, hendaknya dilakukan di dalam nama Tuhan Yesus. Dalam budaya Yunani, “nama” mewakili otoritas, karakter, dan perwakilan. Oleh karena itu, bertindak “dalam nama Yesus” berarti hidup di bawah otoritas-Nya, selaras dengan karakter-Nya, dan demi kemuliaan-Nya. Dengan demikian ayat ini memanggil kita mengintegrasikan iman dengan seluruh kehidupan, sehingga Yesus tidak hanya menjadi bagian dari hidup kita, tetapi pusat yang menguasai dan menjiwai setiap perkataan dan perbuatan.
Menjadikan Kristus sebagai pusat berarti menempatkan Dia sebagai alasan, ukuran, dan tujuan dari semua perkataan dan perbuatan kita. Sebelum kita berbicara, perhatikan apakah kata-kata tersebut sesuai dengan nama dan karakter Yesus. Sebelum kita bertindak, pikirkan apakah tindakan tersebut memuliakan nama-Nya. Prinsip ini berlaku baik dalam percakapan sehari-hari, cara kita bekerja, melayani, berelasi, maupun dalam kita mengisi waktu luang. Jika Kristus adalah pusat, kita tidak akan berbicara sembarangan, bertindak gegabah, atau mencari kemuliaan diri. Sebaliknya, seluruh hidup kita menjadi cermin yang memantulkan kemuliaan Kristus, dan orang lain dapat melihat Dia melalui segala yang kita lakukan.
“Menjadikan Kristus sebagai pusat mengubahkan kehidupan.”
Pertanyaan untuk direnungkan:
1. Apakah ada perkataan atau perbuatan Anda belakangan ini yang tidak dilakukan “dalam nama Tuhan Yesus”? Apakah itu?
2. Jika orang hanya menilai Yesus dari cara Anda berbicara dan bertindak, gambaran seperti apa yang mereka lihat?