155. FOKUS DALAM BERIBADAH
Kajian Wanita Kitab Al-Wabilush Shayyib
Pasal: Hadirnya hati saat melaksanakan shalat
Sabda Nabi dalam hadits:
"Dan aku memerintahkan kepada kalian untuk melaksanakan shalat. Apabila kalian melaksanakan shalat, janganlah kalian menoleh karena sesungguhnya Allah menghadapkan wajah-Nya pada wajah hamba-Nya selama hamba itu tidak menoleh."
Menoleh yang terlarang dalam shalat ada dua macam:
Pertama, menoleh atau berpalingnya hati dari Allah kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Kedua, menoleh atau berpalingnya penglihatan.
Kedua hal ini terlarang. Allah senantiasa menepati janjinya selama hamba itu senantiasa melaksanakan shalatnya. Apabila ia berpaling dari Allah dengan hati atau penglihatannya, maka Allah akan berpaling darinya. Nabi pernah ditanya tentang menolehnya seseorang ketika mengerjakan shalat, lalu beliau bersabda:
Dalam sebuah atsar disebutkan bahwa Allah berfirman, "(Ia berpaling) kepada yang lebih baik dari-Ku, kepada yang lebih baik dari-Ku?"
Perumpamaan orang yang menoleh dalam shalatnya dengan penglihatan maupun hatinya adalah seperti seseorang yang dipanggil oleh penguasa lalu ia diberdirikan di hadapannya, dan ia menemui sang penguasa kemudian mengajaknya bicara. Di sela-sela pembicaraannya dengan penguasa, ia malah menoleh ke kiri dan ke kanan dan hatinya berpaling dari penguasa sehingga ia tidak lagi memahami apa yang dikatakan kepadanya karena hatinya tidak lagi hadir bersamanya. Bagaimana mungkin orang tersebut berbuat seperti itu terhadap penguasa. Bukankah lebih pantas baginya untuk pergi dari sisi penguasa disebabkan karena tidak lagi memperhatikan pembicaraannya? Orang yang shalat tidak sebanding satu sama lainnya, dan yang hadir hatinya menghadap Allah dalam shalatnya sehingga hatinya merasakan keagungan Rabb yang mana ia berdiri di hadapan-Nya, hatinya dipenuhi dengan kebesaran-Nya, tunduk kepada-Nya dan merasa malu kepada Rabb-nya untuk menghadap kepada selain-Nya atau berpaling dari-Nya. Dan (terdapat perbeda-an) antara shalat keduanya, sebagaimana perkataan Hassan bin `Athiyyah, "Sesungguhnya dua orang berada dalam satu shalat yang sama, namun perbedaan keutamaan antara keduanya seperti langit dan bumi. Hal itu karena salah satu di antara keduanya menghadap Allah dengan hatinya, sementara yang lainnya lupa dan lalai." Apabila seorang hamba menghadap kepada makhluk semisalnya lalu di antara keduanya terdapat penghalang, maka itu tidak dikatakan menghadap dan mendekatkan diri. Bagaimana keadaannya dengan Sang Pencipta ﷻ? Apabila seorang hamba menghadap kepada Allah, sementara antara ia dan Allah terdapat penghalang berupa syahwat, waswas, jiwa yang senang dengannya dan penuh dengan syahwat, maka bagaimana mungkin hal itu disebut sebagai menghadap kepada Allah, sementara ia diperbudak oleh rasa waswas dan pikiran-pikiran, dan pikirannya itu telah membawanya jauh dari konsentrasi dengan shalat yang ia lakukan?
view more